Selasa, 19 September 2017

Bengkalis di Mata Saya

Menyebut Bengkalis tergambar pada pikiran saya ketika itu ialah daerah yang diceritakan dalam kisah "MENCARI PENCURI ANAK PERAWAN" novel lama karya atuk Suman HS. Nama beliau diabadikan sebagai nama perpustakaan daerah di Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau. Lain waktu saya akan bahas tersendiri.

ni gambar perpustakaan Suman HS di Pekanbaru (http://haluannews.com/read/2155/-perpustakaan-soeman-h-s.html)

Di tahun 2009 kawan senior saya waktu di Jogja dulu mengontak mengajak ke Bengkalis. Setelah menunggu kurang lebih seminggu di Balikpapan. saya berangkat ke Pekanbaru. tapi transit dulu di Bandara Sukarno Hatta. Sampai di Pekanbaru hari sudah gelap. Jam menunjukkan 22.30 wib. Saya agak risau akan kemana. Karena telah telalu malam. Sempat berfikir cari penginapan. Sebelumnya kawan saya  hanya memberitahu untuk naik pesawat tujuan Pekanbaru. Eh, pas di depan pintu keluar bandara, kawan saya sudah menunggu.. Alhamdulillah. hehehehe. jadi tak perlu repot - repot harus  mencari tempat menginap.

Rupanya dia sedang ada proyek di Pekanbaru. Membangun rumah di kawasan Simpang Tiga. Lima hari di Pekanbaru, dengan mengendarai mobil L200 bersama Dedi saya berangkat menuju ke Bengkalis... 

Sekitar jam 12.00 kami sampai di Sungai Pakning. Saya baru maklum Bengkalis ternyata di seberang. Dari Dedi saya mendapat penjelasan. Bengkalis merupakan pulau. Dan Sungai Pakning berada di muara Sungai Siak, yang mengalir dari Bukit Barisan kawasan perbatasan Riau - Sumbar melewati kota Pekanbaru. lalu melintasi Kota Siak. Lalu tumpah di Selat Malaka. ditengah - tengah terapung pulau Bengkalis. Sebenarnya ada beberapa pulau disekitarnya. Seperti pulau Padang dan pulau Merbau (sekarang masuk kabupaten Meranti).

Untuk menyeberang ke pulau Bengkalis, menggunakan penyeberangan fery roro. rupanya kami agak terlambat sampai di pelabuhan. jadinya harus menunggu satu jam lagi untuk dapat naik roro. waktu itu roro masih terbatas. Hanya ada 2 bergantian bolak - balik menyeberang.

Waktu tempuh penyeberangan hampir setengah jam. Sampailah di pelabuhan roro Airputih. Inilah pintu masuk kota Bengkalis kalau kita naik roro. Sebenarnya ada pintu lain. Yaitu Pelabuhan Bandar Sri Laksamana Bengkalis. umumnya untuk kapal boat tujuan kota Dumai atau Selatpanjang, Tanjungbalai, ke Batam. Bahkan ketika pelabuhan di Selatbaru belum jadi, pebuhan ini merupakan keluar masuk Malaka, Malaysia.


ni gambar salah satu titik kota Bengkalis. dari kantor Bupati Bengkalis.

Kota Bengkalis bagi saya kota ruko. Dimana - mana banyak ruko. dibawah kadang berfungsi untuk gudang. diatasnya untuk sarang burung walet. dari lubang kecil di lantai atas mirip jendela mini. keluar suara bising tiruan suara burung. Baru - baru datang saya sempat bertanya tanya. bunyi burung riuh kok tak pindah - pindah ya. hehehe.

Saya juga sempat tinggal di ruko. di jalan Sri Pulau di samping belakang gedung Cik Puan. 

Dalam novel Mencari Pencuri Anak Perawan yang menceritakan seorang anak gadis cina yang diangkat sebagai anak oleh tukang ransum. Bahasa sekarang tukang ketering. Tiba - tiba hilang. dicari - cari kemana mana tak ketemu. Beberapa hari kemudian tersiar kabar kalau ada kapal akan berlayar ke Singapur. Para pencari mengejar. Rupanya di Bengkalis memang banyak warga keturunan. Bahkan terlihat dominan di perkotaan. Walau di pelosok juga banyak. kebanyakan mereka berdagang. Dalam berdagang sangat ulet. Telaten. Bahkan orangtua mereka mengajarkan berdagang sedari dini. Saya sering melihat orangtua mengomando anaknya yang masih kelas 3 SD bagaimana caranya melayani pembeli di toko mereka. Pembauran masyarakat Chinese saya menyebut mereka sangat terasa. Di pasar banyak. Di pelabuhan ada. Di jalanan juga hal yang biasa. Bagi saya yang datang dari daerah lain yang jarang menemukan masyarakat chinese, disini adalah pengecualian. Bahkan saya mendengar "sin sao ho.." (hehe maaf, bukan mengejek. tapi bagi saya itu bahasa planet. saking awamnya). Seiring waktu saya terbiasa dengan keadaan disini. Interaksi dan komunikasi begitu mengalir. Jangan kaget pas lagi belanja di kedai wong cino, komunikasinya lebih lancar pake bahasa jawa. Diantara mereka ada yang cukup mahir berbahasa jawa. karena juga di bengkalis masyarakat jawa cukup banyak. juga menyebar sampai di pelosok - pelosok.

Ketika menginjakkan kaki di Bengkalis saya baru tahu tanahnya banyak gambut. Tidak ada Bukit. kalau ke Bengkalis sempatkan jalan ke Wonosari. itu tempat yang paling dekat. kira - kira kurang lebih 2 km ke arah Utara dari pusat kota. Rumah penduduk didirikan di tanah gambut. Bila rumah panggung maka dibawahnya dipasang umpak. Yaitu cetakan semen sedemikian rupa. Untuk penahan rumah. Airnya berwarna kemerahan khas air gambut. 

Cerita air Bengkalis. ketika masih baru juga di Bengkalis kawan - kawan saya yang berasal dari Bengkalis sambil bergurau mengatakan. "Hati - hati minum air Bengkalis, nanti tak bisa pulang". Dan entah kebetulan saya dan kawan saya asal Madiun (sekedar contoh yang paling dekat). Kami kecantol orang Bengkalis...



Gambar diatas contoh air gambut di Bengkalis. Saya kutip dari laman web. Sebenarnya disitu konteksnya berbeda dengan cerita saya. Tapi bagi kawan - kawan yang kurang suka dengan warna air merahnya. Jangan kuatir, dikota Bengkalis ada PDAM kok. 

sebagai penutup saya tampilkan peta Bengkalis.

mungkin membaca tulisan saya, kawan - kawan agak bingung. hehehe harap maklum karena masih belajar nulis... ******* Haidin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar